My Home

Jumat, Juni 18, 2010

Pengajaran Remedial

A. Pengertian Pengajaran Remedial
Remedial teaching atau pengajaran remedial adalah suatu bentuk pengajaran yang bersifat penyembuhan atau membetulkan, atau dengan kata lain pengajaran yang membuat menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dapat dikatakan pula bahwa pengajaran remedial berfungsi terapi untuk penyembuhan. Di sini, yang disembuhkan adalah beberapa hambatan atau gangguan kepribadian yang berkaitan dengan kesulitan belajar sehingga dapat timbal balik dalam arti perbaikan belajar atau perbaikan pribadi. Remedial Teaching berasal dari kata remedy (Bahasa Inggris) yang artinya menyembuhkan. Istilah pengajaran remedial pada mulanya adalah kegiatan mengajar untuk anak luar biasa yang mengalami berbagai hambatan selama belajar. Tetapi dewasa ini pengertian itu sudah mengalami perkembangan. Sehingga anak yang normal pun memerlukan pelayanan pengajaran remedial.
Penbelajaran remedial juga dapat diartikan sebagai pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai ketuntasan pada KD tertentu, menggunakan berbagai metode yang diakhiri dengan penilaian untuk mengukur kembali tingkat ketuntasan belajar peserta didik. Pada hakikatnya semua peserta didik akan dapat mencapai standard kompetensi yang ditentukan, hanya waktu pencapaian yang berbeda. Oleh karenanya, perlu adanya program pembelajaran remedial (perbaikan).

B. Asumsi yang mendasari prosedur pengajaran remedial
Secara umum dapat dikatakan bahwa pengembangan prosedur system pengajaran remedial didasari oleh pokok-pokok pikiran yang berlaku untuk prinsip belajar tuntas (mastery learning).
Diantara pokok-pokok pikiran tersebut ialah :
1. Bahwa terdapat keragaman individual di dalam kemampuan, dalam arti kecepatan belajar.
2. Bahwa sampai batas normalitas tertentu, setiap individu mungkin dapat mencapai tingkat penguasaan (level of mastery) prestasi belajar tertentu seperti yang dicapai oleh temannya, apabila :
a. Diberikan waktu yang cukup sesuai dengan keperluannya;
b. Kualitas pengajaran (the quality instruction) yang sesuai dengan kondisi objektif siswa yang bersangkutan;
c. Kematangan dan kesiapan (maturation and readliness) belajar siswa yang bersangkutan.
3. Proses belajar mengikuti asas keseimbangan (continous progress) .
Secara khusus, pokok-pokok pikiran yang mendasari setiap prosedur pengajaran remedial itu antara lain sebagai berikut :
1. Penelaahan kembali kasus dengan permasalahannya dipandang perlu karena bukan mustahil terdapat kesalahan atau kekeliruan (error) baik di dalam tafsiran maupun kesimpulannya berikut data/informasi yang mendukungnya.
2. Tujuan pengajaran remedial akan tercapai kalau dipilih alternative tindakan remedial yang sesuai, efektif, dan efisien.
3. Terciptanya kesehatan mental kasus kesulitan belajar merupakan pra kondisi bagi pelaksanaan pengajaran remedial yang efektif dan efisien.
4. Dengan terciptanya kembali suatu situasi yang dipandang lebih sesuai dengan kondisi objektif siswa, peningkatan prestasi dan kemampuan penyesuaian diri diharapkan akan terjadi.
5. Indikator perubahan perilaku dari pengajaran remedial perlu diamati dan diukur secara seksama sehingga dapat memberikan informasi seksama pula.
6. Dengan mempergunakan patokan criteria keberhasilan yang telah ditetapkan terlebih dahulu (seperti yang berlaku pada siswa pada umumnya), hasil pengukuran itu perlu ditafsirkan dan disimpulkan sejauh mana taraf keberhasilannya tercapai.
Berpedoman pada pokok-pokok pikiran itu suatu alternatif prosedur seperti telah dikembangkan dapat dipilih sehingga akan diketahui kapan harus dimulai dan diakhirinya pengajaran remedial yang dimaksudkan.

C. Fungsi dan Tujuan Pengajaran Remedial
Dalam keseluruhan proses belajar-mengajar, pengajaran remedial mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Korektif, artinya dalam fungsi ini pengajaran remedial dapat diadakan pembetulan atau pebaikan terhadap cara belajar siswa dan cara mengajar guru. Di sini, diharapkan siswa dapat memahami cara belajar yang sesuai dengan kemampuan yang dimilkinya, serta guru juga dapat memahami peran dan fungsinya dalam kegiatan pembelajaran.
2. Pemahaman, artinya dari pihak guru, siswa, dan pihak lain dapat memahami kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya.
3. Penyesuaian, penyesuaian pengajaran remedial terjadi antara siswa dengan tuntutan dalam proses belajarnya. Artinya siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuannya, sehingga peluang untuk mencapai hasil terbaik lebih besar. Tuntuan disesuaikan dengan sifat, jenis, dan latar belakang kesulitan, sehingga mendorong siswa untuk memudahkan dalam belajar.
4. Pengayaan, maksudnya pengajaran remedial dapat memperkaya proses belajar mengajar melalui metode pengajaran yang bervariasi.
5. Akselerasi, maksudnya pengajaran remedial dapat mempercepat proses belajar, baik dari segi waktu maupun materi.
6. Terapeutik, maksudnya secara langsung atau tidak langsung pengajaran remedial dapat memperbaiki atau menyembuhkan kondisi pribadi yang menyimpang.
Adapun tujuan pengajaran remedial adalah sebagai berikut:
1. Agar siswa memahami dirinya, khususnya prestaasi belajarnya.
2. Dapat memperbaiki atau mengubah cara belajar siswa kearah yang lebih baik.
3. Dapat memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat.
4. Dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan yang dapat mendorong tercapainya hasil belajar yang jauh lebih baik.
5. Dapat melaksanakan tugas-tugas belajar yang diberikan kepada siswa.

D. Pelaksanaan Pembelajaran Remedial
Untuk menyelenggarakan kegiatan remedial yang sesuai dengan tujuan, guru dapat menerapkan berbagai metode dan sumber daya termasuk media yang sesuai dengan kesulitan yang akan dihadapi. Selain itu kegiatan remedial harus memperhatikan tingkat kemampuan siswa dan menekankan pada segi kekuatan siswa.
1. Tahapan-tahapan yang ditempuh dalam kegiatan remedial
a. Diagnosis Kesulitan Belajar
b. Menemukan penyebab kesulitan,
c. Menyusun rencana kegiatan remedial,
d. Melaksanakan kegiatan remedial, dan
e. Menilai kegiatan remedial.
2. Waktu Pelaksanaan
Beberapa alternatif waktu pelaksanaan pembelajaran remedial:
a. Kegiatan remedial dapat dilaksanakan sebelum kegiatan pembelajaran biasa untuk membantu siswa yang diduga akan mengalami kesulitan (preventif);
b. Setelah kegiatan pembelajaran biasa untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar (kuratif) Mengingat indikator keberhasilan belajar peserta didik adalah tingkat ketuntasan dalam mencapai SK yang terdiri dari beberapa KD, maka pembelajaran remedial dapat juga diberikan setelah peserta didik menempuh tes SK yang terdiri dari beberapa KD. ; atau
c. Selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran biasa (pengembangan).



3. Bentuk Pelaksanaan Pembelajaran Remedial
Setelah diketahui kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik, langkah berikutnya adalah memberikan perlakuan berupa pembelajaran remedial. Bentuk-bentuk pelaksanaan pembelajaran remedial antara lain:
a. Pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda. Pembelajaran ulang dapat disampaikan dengan cara penyederhanaan materi, media, variasi cara penyajian, penyederhanaan tes/pertanyaan.
b. Pemberian bimbingan secara khusus, misalnya bimbingan perorangan. Pemberian bimbingan perorangan merupakan implikasi peran pendidik sebagai tutor. Sistem tutorial dilaksanakan bilamana terdapat satu atau beberapa peserta didik yang belum berhasil mencapai ketuntasan.
c. Pemberian tugas-tugas latihan secara khusus. Dalam rangka menerapkan prinsip pengulangan, tugas-tugas latihan perlu diperbanyak agar peserta didik tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan tes akhir.
d. Pemanfaatan tutor sebaya. Tutor sebaya adalah teman sekelas yang memiliki kecepatan belajar lebih. Dengan teman sebaya diharapkan peserta didik yang mengalami kesulitan belajar akan lebih terbuka dan akrab.
e. Pengayaan. Bagi siswa yang menunjukkan sedikit kekurangan dari standar minimal yang ditentukan dapat diberikan pengayaan. Kegiatan pengayaan adalah kegiatan yang diberikan kepada siswa agar mereka dapat mengembangkan potensinya secara optimal dengan memanfaatkan sisa waktu yang dimilikinya.
4. Jumlah Siswa
Disesuaikan dengan jumlah siswa yang belum mencapai belajar tuntas atau siswa yang diperkirakan sulit untuk mencapai belajar tuntas.
5. Tempat
Tempat yang digunakan untuk pembelajaran remedial tidak terbatas hanya di sekolah. Bentuk pembelajaran pemberian bimbingan secara khusus oleh guru misalnya, dapat dilakukan di tempat yang telah disepakati misalnya rumah guru. Untuk bentuk pembelajaran tutor sebaya juga dapat dilakukan sesuai kesepakatan antara tutor dan siswa/I yang belum mencapai standar kompetensi.

E. Perbedaan Pembelajaran Reguler dengan Pembelajaran Remedial
Hal Pembelajaran Regular Pembelajaran Remedial
Waktu belajar Sesuai dengan kurikulum.
Waktu pelaksanaan KBM berdasarkan kurikulum yang telah dibuat baik oleh dinas pendidikan maupun guru mata poelajaran yang bersangkutan Sesuai kebutuhan.
Pembelajaran remedial biasanya dilaksanakan ketika siswa memperoleh nilai dibawah standar kompetensi atau belum memahami suatu topik ajar. Pelaksanaan tersebut setelah ulangan harian, ujian blok ataupun ujian semester.
Peserta belajar Semua siswa dalam suatu kelas belajar. Siswa yang mendapat nilai di bawah SKM atau siswa yang belum memahami dengan baik suatu topic materi.
Pemberi materi Guru mata pelajaran yang bersangkutan.
Guru / tim guru mata pelajaran yang bersangkutan.
Tujuan pembelajaran Sesuai dengan kurikulum.
Tujuan pembelajaran disesuaikan dengan kurikulum yang telah dibuat.



Memberikan pembelajaran tambahan tentang apa yang belum dipahami oleh peserta pembelajaran remedial dan pelaksanaan ujian ulang untuk memperbaiki nilai sebelumnya.
Bahan ajar materi Materi disesuaikan dengan kurikulum yang ada. Materi yang diberikan lebih spesifik yaitu berdasarkan pada materi tertentu yang belum dikuasai oleh siswa
Nilai hasil ujian Pemberian nilai dari rentang terkecil dan terbesar yang di dalamnya terdapat nilai standar kompetensi. Pemberian nilai tertinggi pada ujian remedial sesuai dengan nilai standar kompetensi yang telah ditetapkan.
Pendekatan yang digunakan menerapkan pendekatan klasikal, baik dalam perencanaan maupun dalam pelaksanaannya. direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan kebutuhan individu atau kelompok siswa
Langkah pelaksanaan 1. analisis metode dan media yang tepat untuk materi dan penyesuaian dengan siswa
2. pelaksanaan kegiatan pembelajaran. 1. analisis hasil diagnosis kesulitan belajar
2. menemukan penyebab kesulitan,
3. menyusun rencana kegiatan remedial,
4. melaksanakan kegiatan remedial, dan
5. menilai kegiatan remedial.
Fungsi pembelajaran 1. meningkatkan pemahaman / penguasaan siswa terhadap suatu materi belajar melalui proses pengajaran, tanya jawab, soal latihan, dan ujian. 1. memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru (fungsi korektif);
2. meningkatkan pemahaman guru dan siswa terhadap kelebihan dan kekurangan dirinya (fungsi pemahaman);
3. menyesuaikan pembelajaran dengan karakteristik siswa (fungsi penyesuaian);
4. mempercepat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran (fungsi akselerasi); dan
5. membantu mengatasi kesulitan siswa dalam aspek sosial-pribadi (fungsi terapeutik).


F. Pelaksanaan pengajaran remedial untuk siswa yang mengalami miskonsepsi
Pada pembelajaran kimia, siswa sering kali mengalami miskonsepsi suatu materi. Hal ini disebabkan oleh keabstrakan ilmu kimia, serta kurangnya imajinasi yang dimiliki oleh siswa. Imagination more important than knowledge (Albert Einstein). Untuk memahami ilmu kimia, tidak hanya sebatas menguaai konsepnya, tetapi juga dibutuhkan imajinasi yang tinggi. Tanpa imajinasi, ilmu kimia sulit untuk dipahami, karena dalam ilmu kimia banyak mempelajari struktur molekuler zat.
Pada karya tulis ini, kami akan membahas tentang miskonsepsi tentang teori asam basa. Menurut Arhenius, asam adalah senyawa yang bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion hydrogen positif (H+). Sedangkan basa adalah senyawa yang bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion hidroksil (OH-). Kebanyakan siswa mengalami miskonsepsi pada materi ini. Mereka menganggap bahwa pada larutan asam hanya mengandung ion H+ dan tidak mengandung ion OH sedikitpun. Begitu pula pada larutan basa, mereka menganggap hanya mengandung ion OH- dan tidak mengandung ion H+ .
Materi yang bisa kita berikan pada pengajaran ulang adalah sebagai berikut:
Asam dan basa ada dalam kehidupan sehari-hari. Ada beberapa teori yang dapat mendefenisikan asam dan basa. Teori yang pertama adalah teori asam basa Arhenius. Menurut Arhenius, asam adalah senyawa yang bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion hydrogen positif (H+). Sedangkan basa adalah senyawa yang bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion hidroksil (OH-).
Ketika mempelajari reaksi asam basa dalam larutan berair, kuantitas yang penting ialah konsentrasi ion hydrogen. Dengan menyatakan proton sebagai H3O+ atau H+, kita dapat menuliskan konstanta kesetimbangan untuk autoionisasi air,
2H2O(l) → H3O+ (l) + OH- (l)
atau
Karena fraksi molekul air yang terionisasi sangat kecil, konsentrasi air, yaitu [H2O], hampir-hampir tidak berubah.dengan demikian,
Kc [H2O] = Kw = [H+] [OH-]
Konstanta kesetimbangan Kw dinamakan konstanta hasil kali ion, yakni hasil kali antara konsentrasi molar ion H+ dan ion OH- pada suhu tertentu.
Dalam air murni pada 25oC, konsentrasi ion H+ sama dengan konsentrasi ion OH- dan diketahui [H+] = 1,0 x 10-7 dan [OH-] = 1,0 x 10-7
Jadi nilai Kw pada 25oC :
Kw = [1,0 x 10-7] x [1,0 x 10-7] = 1,0 x 10-14
Perhatikan bahwa baik untuk air murni ataupun untuk suatu larutan spesi terlarut, hubungan berikut selalu berlaku pada 25oC:
Kw = [H+][OH-]
Kw = 1,0 x 10-14
Apabila [H+] = [OH-], larrutan berair dikatakan netral.
Dalam larutan asam terdapat kelebihan ion H+ dan [H+] > [OH-].
Dalam larutan basa ada kelebihan ion OH-, sehingga [H+] < [OH-].
Dalam praktiknya kita dapat mengubah konsentrasi ion H+ atau ion OH- dalam larutan, tetapi kita tidak dapat mengubahnya secara sendiri-sendiri. Jika kita menyesuaikan larutan supaya [H+] = 1,0 x 10-6 M, [OH-] harus berubah menjadi
[OH-] = = = 1,0 x 10-8 M
Sebagai contoh, apabila HCl 0,1 M dilarutkan kedalam air, HCl akan terdisosiasi menjadi ion H+ dan ion Cl-. Komposisi molecular dari larutan tersebut adalah: H+, Cl-, OH-
HCl(l) → H+(l) + Cl-(l)
2 H2O (l) → H3O+(l) + OH-(l) atau H2O (l) → H+(l) + OH-(l)
Ion H+ berasal dari HCl dan air
Ion Cl- berasal dari HCl
Ion OH- berasal dari air
[H+] dari HCl = [HCl] = 0,1 M
[H+] dari air = [H2O] = 1,0 x 10-7 M
[H+] total = 0,1 + (1,0 x 10-7) = 0,1 M ([H+] dari air dapat diabaikan karena terlalu kecil)
[OH-] dari air = 1,0 x 10-7 M
Karena [H+] > [OH+] maka larutan akan bersifat asam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar